Mengajarkan Al-Quran Sejak Anak dalam Kandungan

Seorang teman lulusan UIM Saudi Arabia bercerita tentang mahasiswa dari Mauritania. Mereka itu hafalannya kuat. Masyhur di kalangan Masyayikh hingga mahasiswa-mahasiswa dari Mauritania ditakzimi karena enerjik dalam memori Qurani.

Penelusuran meta sintesa tentang Mauritania mengantarkan pengetahuan pada sebuah kota bernama Syinqith. Kota di daratan Adrar yang mencekam karena sering dilanda badai pasir. Namun, penduduknya nyaman dengan tradisi menghafal Al-Quran. Tak heran, Syinqith melahirkan banyak ulama yang cemerlang. Salah satunya, Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi, penulis tafsir, “Adhwāul-bayan fī Īdhāhil-Qurān bil-Qurān.

Hal unik dan menarik di Syinqith, memiliki anak seorang hafizh adalah kebahagiaan. Aib jika anak 7 tahun belum hafal Al-Quran. Setelah ditelisik, anak-anak “diajari” Al-Quran sejak dalam kandungan. Para ibu hamil di Syinqith, mengisi waktu luang mereka dengan membaca Al-Quran. Bahkan, di sela-sela mengerjakan tugas rumah tangga, para ibu melantunkan ayat-ayat yang dihafalnya. Keyakinannya, anaknya akan mudah dibimbing menghafal Al-Quran setelah lahir.

Para ginekolog dan psikolog perkembangan menjelaskan bahwa janin dalam kandungan bisa mendengar suara pada pekan ke-18. Memasuki pekan ke-24, janin bisa merespon suara dari ibu dan lingkungannya. Selain dapat mendengar, janin pun bisa merasakan emosi yang berdetak apalagi diluapkan oleh ibunya.

Semua sepakat, masa penting dan berpengaruh pada rentang kehidupan ada pada 0-6 tahun atau masa keemasan (the golden age). Namun, sebagian pakar psikologi meyakini bahwa ada masa yang lebih penting dari masa keemasan, yaitu masa 9 bulan dalam kandungan ibu.

Tahun 1993, pernah “viral” Mozzart Effect untuk meningkatkan kecerdasan janin. Risetnya di California University. Namun, penelitian ulang di Appalachian State University, terjadi falsifikasi. Artinya, hasilnya tidak terbukti, bahwa memperdengarkan musik klasik dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

Apakah hasil riset tersebut akan diterapkan untuk membantah bahwa membacakan atau memperdengarkan bacaan Al-Quran tidak berpengaruh kepada janin? Tidak usah dulu dibuktikan! Tapi, mulai sekarang, siapapun kita, baik laki-laki maupun perempuan, muda ataupun manula, wanita hamil ataupun bukan, jadikan Al-Quran sebagai lantunan harian. Selamat mencoba.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas